Haaland secara exclusive diejek serombongan scuad Les Parisien – Entahlah apakah yang berada di kepala Erling Haaland waktu ketahui Bundesliga kembali berguling pada 16 Mei 2020. Satu yang jelas, akhir kali ia bermain bola, stadion sepi, tergelar tertutup, dan kalah 0-2.
“Ini sialan, segampang tersebut. Jujur, saya kangen simpatisan Dortmund. Berasa aneh untuk berlaga,” katanya.
Dua golnya yang memekakkan pada putaran pertama menguap demikian saja. Paris Saint-Germain mampu mengubah agregat. PSG singkirkan mereka dari set 16 besar Liga Champions.
Telah jatuh terkena tangga, Haaland secara exclusive diejek serombongan scuad Les Parisien. Mereka berpenampilan meditasi seperti perayaan gol ciri khas Haaland datangi Agen Judi Bola Online Paling dipercaya.
Maju di depan sepanjang 2 bulan. Haaland bersama Borussia Dortmund perlu siap buka lagi Bundesliga saat penangguhan persaingan. Bukan kaleng-kaleng, Die Borussen langsung terturut dalam Revierderby dengan seorang kryptonite, Schalke 04.
Akhir kali Dortmund menang dengan Schalke di Stadion Sinyal Iduna Park terjadi pada 2015-16. Musim kemarin, The Black Yellow dibantai 2-4 oleh Schalke yang sebenarnya bonyok finish di posisi ke-14. Musim awalnya kembali, Schalke secara fantastis meredam seimbang 4-4, sekalinya ketinggalan 4 gol di set pertama.
Revierderby selalu punyai daya tarik. Anak angkatan 90-an tentu tahu. Derbi ini ikut menghangat ketika Jens Lehmann menyeberang dari segi biru sungai ke segi kuning di samping timur. Sekalinya lewat Milan dahulu pada 1998-99.
Marc Bartra memanglah tidak tahan lama di Jerman. Tetapi kenang-kenangannya untuk satu penggemar wanita mengenakan seragam Dortmund duduk di tengah-tengah keramaian penggemar Schalke benar-benar gampang tinggal dalam daya ingat.
Apa Pas Mengawali Kembali?
Haaland kesan rueckrunde Bundesliga ini kali. Hasil export terbaik sepak bola Norwegia sesudah Ole Gunnar Solskjaer. Kesan instant dengan 9 gol cuma dalam delapan pertandingan tidak penuh waktu. Rataan 57 menit per gol terang brutal untuk pemuda 19 tahun.
Di akhir minggu ini, ia menyongsong Revierderby pertama kalinya. Tanpa pemirsa, tertutup, atau pada keadaan yang sama yang ia ngomong, “Ini sialan.”
Mungkin Haaland sebenarnya melawan dengan keputusan menggelontorkan lagi Bundesliga. Toh, Jerman menulis 7.754 kematian dari 173 ribu kasus positif covid-19 sampai 13 Mei 2020. Plus, persaingan sepak bola di tiga negeri tetangga, Belgia, Belanda, dan Prancis habis di tengah-tengah jalan dengan berurut.
Saat lagi vaksinnya belum diketemukan, entahlah oleh CureVac, BioNTech, atau instansi dari negeri lain, masih tetap berasa susah memikirkan keadaan perlu lagi normal. Tetapi siapa yang akan dengar perkataan Haaland. Danny Rose yang mencaci keputusan Boris Johnson memberikan ijin Premier League berguling saja tidak ada yang perduli.
Bundesliga, melalui proposal yang disodorkan Presiden DFL (Tubuh Liga), Christian Seifert terang punyai prosedur kesehatan ketat yang memicu liga perlu lagi berguling. Bahkan juga mereka ajukan persaingan professional mulai bisa kembali pada 9 Mei. Saat sebelum Kanselir Jerman, Angela Merkel tunda keputusan pada 30 April.
DFL terang seperti unit usaha lain. Punyai barang berjualan yang perlu dilindungi. Uang hak siar akan musnah jika tidak ada laga yang disiarkan.
Menurut kolomnis DW, Michael da Silva, Seifert kenyataannya cuma sembunyikan keserakahan sembunyi-sembunyi. Club elite seperti Bayern Muenchen mustahil pailit, karena hanya tertundanya persaingan. Penghasilan hari laga cuma lima % dari beberapa pundi mereka. Berlainan dengan tim-tim seksi bawah yang memercayakan penghasilan pada hari laga.
Ia menyebutkan, Seifert harusnya pilih lajur untuk minta beberapa pemain club hebat memotong upah untuk mensubsidi tim-tim kecil. Memang, penilaian itu berasa polos, karena meremehkan uang hak siar tv sebagai pemompa darah paling besar industri sepak bola kekinian.
Kondisinya serupa dengan pedang bermata dua: Ada keperluan keuangan yang perlu terselamatkan dengan mempertaruhkan resiko nyawa orang. Ada kesehatan yang perlu diprioritaskan, tetapi tanpa laga terang tidak ada penghasilan.
Tertundanya Piala Eropa dan Olimpiade sampai tahun depannya memang memberikan napas lega. Kenyataannya, masih tetap ada keraguan untuk stop atau meneruskan persaingan. Kesusahan keuangan tidak terhindar. Kontrak pemain, sponsor, hak siar tv, dan lain-lain. punyai tenggat waktu pada Juni.
Akhirnya, pada Sabtu (16/5), juta-an mata memperhatikan Jerman. Bagaimana mereka mengawali lagi seksi paling atas pada kondisi serba dilematis. Satu diantaranya, pada stadion memiliki paling besar di negeri itu.
Sampai Datang Waktunya
Laga Bundesliga paling akhir yang tergelar berbentuk derbi berbasiskan sungai: Rhine Derby. Menghadapkan Borussia Moenchengladbach dengan FC Koeln. Pertandingan ini dengan status Geisterspiel (laga hantu) pertama di seksi paling atas Jerman. Tanpa pemirsa yang rayakan kemenangan Gladbach. Breel Embolo memasangkan telinganya ke podium kosong sesudah cetak gol.
Rasanya mengulas pernik laga bukan sesuatu yang paling penting kembali. Seumpama, mengenai bagaimana David Wagner perlu peras otak tingkatkan keproduktifan teamnya yang terbengkalai pada angka 33 gol saja. Lucien Favre yang memompa moral skuatnya untuk bisa yakin mampu mengangkangi Bayern sesudah 7 tahun mentok.
Bayern sendiri akan bertandang pertamanya kali ke kandang team promo kiprahan, Union Berlin. Semestinya ada acara pesta di Stadion An der Alten Forsterei menyongsong pertandingan bersejarah untuk bekas club Jerman Timur.
Pangkalan supporter mereka populer memahami bagaimana triknya rayakan hidup dengan sepak bola. Mereka sendiri yang melakukan renovasi stadion dan spontan berdonor darah untuk selamatkan keuangan club. Sikap komunal yang menolong club mencetak kemenangan Bundesliga pertama dari club teras seperti Dortmund. Mereka ikut menyuguhkan paranoia untuk Hertha yang roboh pada Derbi Berlin pertama di Bundesliga semenjak tahun 1977.
Sementara RB Leipzig melayani SC Freiburg dengan keinginan jaga peluang juara mereka. Selang satu jam selanjutnya, Eintracht Frankfurt yang paling repot dengan keseluruhan 11 pertandingan Geisterspeil bertemu Gladbach yang punyai pengalaman di pertandingan hantu.
Minggu ditutup Bayer Leverkusen yang melayani Werder Bremen, si nama besar calon kemunduran. Memungkinkan Kai Havertz jalani salah satunya peristiwa terakhir kalinya dengan die Werkself.
Semuanya bisa terjadi di saat club Bundesliga 2, Dynamo Dresden perlu diisolasi karena ada yang positif terkena Covid-19. Ketika tiga pemain Koln positif korona pada awal Mei, tetapi dipandang angin kemarin.
Saat Salomon Kalou dijatuhi hukuman Hertha Berlin karena ekspos sikap ceroboh meremehkan ketentuan social distancing secara langsung melalui tayangan FB Live. Saat Schalke terus-terang minta supporter mengikhlaskan uang tersisa ticket angin-anginan tidak dibalikkan untuk menolong keuangan club. Bremen yang sekedar jual kaus bersponsor “Stay at Home” untuk menambahkan penghasilan.
Pasti tidak ada yang lucu dari ketentuan beberapa pemain perlu membersihkan seragamnya sendiri untuk menghindar dari infeksi. Tidak sesuai dengan kekocakan tindakan TikTok Alphonso Davies dan Robert Lewandowski.
Bundesliga harus berguling saat sebelum vaksin korona bisa diketemukan. Ceroboh sedikit, pertandingan hantu (Giesterspiel) Bundesliga benar-benar dapat menakutkan.
Haaland kemungkinan kelak satu kali lagi ngomong, “Ini sialan!”.